Sabtu, 26 Juni 2010

berbagi vidio

Dapatkan peramban web yang cepat dan gratis

http://www.google.com/chrome/intl/id/landing.html?hl=in&brand=CHHD&utm_campaign=in&utm_source=in-et-bg&utm_medium=et#theme-slank

SENJA DI BATAS PENANTIAN

Jalanan begitu lengang. Hanya beberapa orang tampak mondar-mandir di atas permadani hitam beraspal itu. Tiya memandanginya dengan mata indahnya. Dia asyik duduk melamun di teras rumahnya. Suasana siang itu begitu mebosankan. Udara terasa panas karena beberapa hari ini hujan tidak turun lagi. Paling mendung hanya melintasi kotanya saja. Mata Tiya terpejam menikmati hembusan angin siang itu, panas namun sejuk. Ketika derum mobil terdengar memasuki pelataran rumahnya, buru-buru mata yang terkatup namun tidak tidur itu membuka, melihat dengan seksama siapa yang datang. Ternyata dia adalah Dimas murid asuhnya. Tiya akui dia terlalu sayang pada cowok kecil itu. Dia selalu manja pada Tiya. Datangnyapun selalu aktif dan pastinya urutan nomor satu. Cakep, lucu dan membuat gemes itu sudah tentu. Dan yang mebuat Tiya semakin sayang pada Dimas.bukan hanya karena dia guru les Dimas melainkan karena kemiripan Dimas dengan Johni. Pacarnya yang tak dia tahu dimana rimbanya. Selama lima tahun lewat dia selalu menjomblo dalam penantian. Jujur saja dengan melihat wajah Dimas bagi Tiya semua rasa rindunya pada Johni bisa terlunasi.
“ hai mba “, sapa Dimas renyah menghampiri Tiya. Tiya tersenyum menyambut.
“ sama siapa datangnya ? “, Tanya Tiya.
Dimas menunjuk seseorang yang tengah menutup pintu mobil, berjalan pasti menghampiri Tiya. Tiya melongo tercengang. Johni? Wajah itu begitu menyayat hatinya. Benarkah dia Johni yang selama lima tahun ini meninggalkannya. Mata sebening kristal itu berair.
“ mba Tiya kenalkan ini kak Yoyo, kakaknya Dimas “, ucap Dimas memperkenalkan kakaknya. Segera Tiya tahu lelaki yang bersama Dimas bukanlah Johni kekasihnya. Namanya Yoyo. Tiya memang hampir tak mempercaiyainya, tapi melihat keasingan sikap lelaki itu Tiya menjadi yakin dia bukanlah Johni. Tiya mengedip-ngedipkan matanya berusaha menahan air hangat di matanya agar tidak jatuh. Tiya perlahan menjabat tangan itu. Membalas senyuman yang begitu manis , semanis senyum yang sekian tahun hilang dan tak pernah dia lihat lagi.
“ mata kamu kenapa kok berair gitu? “tanya Yoyo ramah mengetahui titik air kecil di mata Tiya.
“ oh..cuma kelilipan.”, jawab Tiya.
“ tidak menyangka ya kamu memang benar-benar cantik. Dimas sering cerita banyak tentang kamu. Begitu bangganya dia memiliki guru les secantik dan sebaik kamu.”
Tiya hanya tersenyum menyertai mendengar pujian ikhlas Yoyo.
“ karena Dimas murid asuh saya, jadi sudah sewajarnya jika saya menyayangi dia”
“ kamu tahu tidak gara-gara kamu cinta Dimas terbagi untukmu dan untuk keluargaku, bahkan mungkin takaran timbangannya lebih berat ke kamu dari pada ke keluargaku”, canda Yoyo. Kali ini Tiya tertawa renyah sambil melirik Dimas disampingnya.
“ ok tiya, kalau begitu aku nitip Dimas ke kamu. Aku sedang ada urusan.”, pamit Yoyo kemudian.
“ iya, hati-hati di jalan “, pesan Tiya.
Yoyo tersenyum sesaat dan melangkah pasti menuju Marcynya. Tiya terpaku menatap berlalunya mobil itu. Sungguh Tiya tak percaya jika Tuhan begitu megah menciptakan makhluk semirip bentuk dan wajahnya dengan Johni. Tapi sayang semirip apapun wajah Yoyo dia bukanlah Johni.

Tiya berpikir resah melamunkan sesuatu. Kedekatannya dengan Yoyo selama ini telah memberikan sesuatu yang sulit dia terka. Kebahagiaan dan kasih sayang tentunya. Tapi apakah mungkin itu semua kenyataan. Bukankah selama ini terasa semu belaka? Bukankah selama ini dia hanya mencintai Johni? Cinta pertamanya yang hilang tanpa jejak. Seandainya Johni tahu betapa Tiya merindukan belaian dan sentuhan lembut Johni. Tiya ingat benar ketika Johni pamitan padanya. Johni akan melanjutkan studynya di London. Dan Johni berjanji akan pulang pada hari ulang tahunnya dengan kado special untuk Tiya. Tapi sampai kini Johni tak menepati janjinya. Tiya benar-benar kehilangan jejak Johni karena Tiya tak tahu dimana alamat rumah Johni, keluarga Johni sudah pindah entah kemana. Tiya ingin sekali menepis bayang Johni untuk selamanya. Tapi dia tak sanggup. Dia tetap saja menanti dan menanti. Sepanjang tahun Tiya menanti Johni akan datang di hari ultahnya tapi selalu saja penantian itu berlalu bersama senja yang selalu berganti dengan fajar. Sampai Tiya memutuskan untuk pindah dari kotanya dan menjadi guru les bahasa inggris di Bandung.
“ tok..tok..” terdengar beberapa ketukan nan pelan namun pasti.
Dengan langkah gontainya Tiya membuka pintu. Di luar dia dapati Yoyo jelmaan wajah Johni.
“ tiya maaf mengganggu, tapi ini sangat mendesak. Aku butuh banget bantuanmu.” Ucap Yoyo buru-buru.
“ bantuan apa?”
“ Dimas sakit. Dia ingin ketemu kamu.”
“ sakit ? “, Tanya Tiya terkejut..
“ iya, badannya panas. Katanya dia bakalan sembuh jika kamu datang “
“ baik, tapi aku ganti baju dulu “, kata Tiya menyanggupi dan berlalu menuju kamarnya.
Tiya hanya duduk di dalam mobil yang melaju itu dengan perasaan was-was. Meski mobil sudah melaju sepuluh menit kedepan Tiya dan Yoyo tak banyak bicara. Mereka hanya saling bisu memikirkan sesuatu yang berbeda.
“ Tiya boleh tidak aku bicara sesuatu ke kamu “, ucap Yoyo membuka suara.
“ tentang apa?”
“ tentang perasaanku ke kamu. Dan aku harap kamu tidak akan marah padaku. Apapun jawabanmu akan aku terima. “ lanjut Yoyo.
Tiya meneliti muka Yoyo serius.
“ sebenarnya jauh di lubuk hatiku ada perasaan hangat setiap kali aku menatap matamu. Memang aku sering tak mengindahkannya., namu ketika aku sadari secara penuh perasaan itu memang nyata adanya. Aku jatuh cinta padamu..”
Tiya terkejut seketika. Menatap tajam mata Yoyo, namun kemudian menunduk. Hatinya terisris mengingat ucapan Johni yang sekarangpun juga diucapkan Yoyo.
“ kamu jangan berfikir yang tidak-tidak tentang ucapanku. Aku bukan menyalahartikan hubungan kita. Aku Cuma mengungkapkan perasaanku. Jika aku menyinggung perasaanmu aku minta maaf. “
“ tidak Yo. Justru aku yang seharusnya meminta maaf karena aku tidak bisa menerima itu semua. “
“kenapa…..??”
“ karena aku…..karena aku hanya mencintai satu orang. Dia kekasihku yang selama lima tahun ini pergi dengan janjinya akan menemuiku. “
“ kamu bersabar menantinya ?”
“ iya aku selalu sabar menantinya. Karena aku tahu aku teramat mencintainya. Aku memang marah dengan kepergiannya tapi aku tidak pernah membencinya ataupun berniat melupakannya. Seumur hidupku cuma dia yang menghuni ruang hatiku “
Yoyo hanya terdiam mendengarkan ucapan sendu tiya yang penuh harap. Sampai mobil telah terparkir di halaman luas rumah Yoyo. Seketika Yoyo dan Tiya turun dari mobil dan masuk ke kamar Dimas. Dan benar nyatanya jika dengan kehadiran Tiya bisa membuat keadaan Dimas membaik. Dimas mau makan dan minum obat. Orang tua Dimas saja sampai tak percaya jika Dimas yang sebadung itu akan takhluk pada Tiya. Seorang guru les yang cantik dan keibuan.
Hampir setengah jam Tiya membesuk Dimas. Diapun segera pamitan pada orang tua Dimas tentunya dengan diantar Yoyo.
Mata Tiya terpaku tajam pada foto yang terpajang di atas buffet. Memang ketika Tiya lewat tadi dia tidak begitu memperhatikannya. Namun kali ini dia dengan seksama meneliti foto tersebut. Foto Yoyo dan seseorang di sampingnya. Seseorang yang berwajah sama seperti Yoyo. Rambut, mata, hidung, bibir dan semua seperti pinang di belah dua.
“ dia siapa Yo ? “, tanya Tiya menununjuk foto tersebut.
“ dia saudara kembarku. Johni. “
Tiya terkejut bukan main. Seolah tak percaya telinganya mendenggar penuturan Johni. Benarkah dia Johni kekasihnya yang menghilang.
“ johni ? “, Tanya Tiya.
“ iya.”
“ sekarang di dimana? “ Tanya Tiya antusias. Namun wajah Yoyo menjadi muram.
“ dia sudah pergi empat tahun yang lalu. Dia kecelakaan dari taksi yang dikendarainya sepulang dari London. Dia bermaksud untuk menemui kekasihnya untuk mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi sayang taksinya bertubrukan dengan truk pengangkut barang. “, jelas Yoyo sendu. Tiya hanya menatap tak berkedip Yoyo.
“ sempat kami mendengar ucapan lirihnya sebelum pergi. Johni menyebut nama Fransiska. Di tangannya dia membawa sebuah liontin yang kukira itu untuk Fransiska “ , lanjut Yoyo dengan mata berkaca. Terlalu sakit dia mengingat kanangan saudara kembarnya Johni.
“ tragis memang nasib Johni, karena aku tidak menyimpan alamat rumah gadis itu. Dia hanya menyimpannya dalam hati. Sampai penguburannyapun Johni tak bertemu dengan gadis itu, gadis yang rencananya akan dikenalkan ke papa dan mama sebagai calon istrinya “ , Yoyo menghentikan ceritanya karena melihat Tiya terpekur di tempatnya. Tiya menangis. Entah apa yang ditangisinya , Yoyo tak mengerti.
“ Tiya kamu kenapa ?’ Tanya oyo.
Dengan segera dia meraih tubuh lemas Tiya dan mendudukkanya di kursi.
“ dia Johniku Yo. Dia kekasihku yang selama lima tahun ini kunanti. Aku sungguh tak mengerti kenapa semua ini harus terjadi. Aku mencintainya Yo..”
“ jadi kamu adalah Fransiska ? gadis yang selalu disebut-sebut Johni sebelum pergi.”
“ iya Yo, Fransiska adalah nama belakangku. Johni selalu memanggilnya begitu. Sungguh aku mencintainya dengan tulus. Aku benar-benar tak mengira jika Johni tidak ingkar janji. Dia menepati janjinya. Demi aku dia harus pergi selama-lamanya. Dia tidak membiarkanku menanti di hari ulang tahunku, nasiblah yang telah membiarkanku tetap menantinya meski setiap detik kurasa menyakitkan. “
Yoyo segera merangkuh tubuh gadis yang bersimbah air mata itu.
“ sudahlah Tiya, ini takdir. Johni pasti bahagia disana karena pernah mencintai gadis sesetia kamu. Meski selama lima tahun dalam penantian kamu tidak pernah lupa pada cinta itu. Aku yakin Johni akan tenang di alamnya sana. “
Sesaat Yoyo melepaskan pelukannya. Dia berjalan menuju kamarnya dan kembali membawa sebuah liontin yang kemudian diberikannya pada Tiya.
“ sebelum Johni meninggal liontin ini ada di tangannya. Ini pasti kado untukmu.yang akan dia berikan pada hari ulang tahunmu dulu “
Tiya menerima liontin itu. Hatinya tersayat bukan main. Segala penantiannya harus dia kubur bersama senja hari itu. Air hangatpun mulai menitik pelan menggenangi kelopak matanya.
“ iya aku tahu liontin ini pasti kado spesial yang dimaksud Johni. Aku tahu dia seorang yang selalu tepat janji, dan sungguh begutu berharganya Johni buatku melebihi apapun di dunia ini. Aku tidak menyesal dengan penantian ini. Sungguh aku tidak menyesal….” Ucap Tiya dengan kalimat pilunya.
Yoyo merengkuh kembali Tiya. Dikecupnya pelan kening Tiya. Andai Johni saudara kembarnya masih hidup, pasti dia akan bahagia memiliki gadis setulus Tiya yang selama bertahun-tahun dengan sabar menatinya meski kekecewaan dan kerinduan bercampur baur dalam lukanya. Seandainya cinta itu ada…. Cinta sebesar dan semegah cinta yang dimiliki Tiya untuk Yoyo seperti cintanya pada Johni. Tapi itu imposible karena hanya ada Johni di hati Tiya. Keagungan cinta Tiya memang tidak bisa ditukar dengan apapun dan tidak pula bisa dihapus dengan berjalannya waktu, karena cinta yang sejati menurut Tiya adalah cinta yang tidak pernah mengenal lelah untuk tetap menanti dalam janji.